Bread for friends adalah sebuah buku motivasi dari Lintong Simaremare.
Saya mengetahui tentang buku ini dari acara Kick Andy yang selalu menghadiahkan buku untuk para pemirsanya. Buku ini baru saya dapatkan setelah 1 bulan berikutnya di Bandung saat saya menghadiri wisuda abang saya. Saya sangat senang membaca buku ini, tidak cukup sekali tetapi berkali-kali...bukunya membuka pikiran kita tentang berbagai hal kecil yang selama ini kita lalui tapi kita kurang memaknai kejadiannya, disini Bang Lintong menyadarkan saya ternyata begitu banyak hikmah dari berbagai hal yang selama ini ada disekitar kita, tapi kita kurang peka saja, banyak hal-hal kecil dengan makna yang luas, bila kita maknai insyaallah akan meningkatkan kualitas diri kita.
Dari buku ini, ada satu cerita inspiratif yang ingin saya share yaitu Terang.
Pernahkan Anda mengendarai sebuah mobil atau duduk di bangku sebagai penumpang dalam perjalanan yang berkabut, menanjak, menikung, dan sempit? Di daerah tempat saya pernah menikmati masa kecil-Batu Lubang (Batu Lubang merupakan batu besar sebagai jalan menerobos sebuah gunung di Tapanuli Tengah) dekat Sibolga, Tapanuli Tengah, jalan penuh risiko adalah pemandangan lazim.
Bayangkanlah perjalanan malam di atas jalan yang gelap dan tidak bisa dilalui dua mobil sekaligus, dua arah lagi. Sekali mobil Anda terlalu ke pinggir, dengan mudahnya Anda akan menyaksikan jurang curam menganga, tanpa pagar pengaman di sisi jalan.
Yang ingin saya ceritakan dalam tulisan ini bukan sulitnya medan off-road atau hebatnya suatu petualangan berkendara sebagai hobi banyak orang. Tapi saya mau bercerita tentang hal sederhana yang disebut lampu atau pelita. Lebih spesifiknya, lampu bis yang menerangi jalan kami waktu itu.
Dalam perjalanan yang penuh syukur itu, saya masih ingat jarak pancar lampu jauh hanya mampu menyinari sekitar 40 meter. Itu pun hanya digunakan saat tidak ada mobil datang dari arah berlawanan. Di sebelah kiri kami adalah jurang dengan ketinggian sampai sekitar 60 meter di atas permukaan air sungai di gunung.
Ada sutu pelajaran penting yang sangat berharga dari perjalanan itu. Ternyata terang lampu sejauh 40 meter mampu menunjukkan jalan sepanjang perjalanan sampai kota tujuan kami, sejauh 400 km.
Hidup ini ternyata persis seperti perjalanan panjang dengan lampu yang jarak penerangannya sangat terbatas. Kita tidak membutuhkan kemampuan melihat masa depan kita dengan jelas. Namun kita cukup menerangi selangkah demi selangkah, agar jalan di depan terlihat jelas untuk kita lalui.
Langkah-langkah kecil tadi akan membentuk deratan langkah panjang yang menjadi akumulasi langkah kehidupan kita. Suatu saat nanti, kita akan tercengang saat melihat bahwa kita mampu berjalan sampai ke tujuan kita. Walaupun untuk setiap langkahnya, kita hanya diberi kemampuan melihat jarak 40 meter saja ke depan.
Ayunkan langkah pertama.
Tuhan akan membantu Anda
menyelesaikan langkah berikutnya.
Masih banyak cerita lain yang menjadi faforit saya di buku ini, selain Terang, ada juga Metanoia, Andalah Penentu Harganya, Menjadi Positif.....tapi overall semuanya menarik!
Maaf kepada Bang Lintong, saya tidak meminta izin sebelumnya, tapi niat saya hanya ingin berbagi makna dari salah satu kisah di buku abang yang sangat menarik perhatian saya.
Maaf kepada Bang Lintong, saya tidak meminta izin sebelumnya, tapi niat saya hanya ingin berbagi makna dari salah satu kisah di buku abang yang sangat menarik perhatian saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar