Sabtu, 27 Oktober 2012

Teori Perekatan (Teori Perekatan Spesifik dan Mekanik)


Setelah sebelumnya saya membuat posting tentang teori perekatan (Teori Five Chain Glue Line) kini saya akan membahas tentang teori perekatan yang ke-2 yaitu teori perekatan spesifik dan mekanik.

 Teori perekatan spesifik dan mekanik sudah lama beredar di kalangan para pengamat perekatan, tetapi sulit ditemukan penemunya dalam pustaka perekatan. Teori ini sebenarnya merupakan teori tertua dan diyakini kebenarannya sejak dulu tetapi analisis perekatan yang teliti belum dilakukan. Sistem perekatannya terdiri dari dua penyususn pokok yaitu sistem perekatan spesifik dan sistem perekatan mekanik. Garis perekat yang kokoh dapt dihasilkan jika perekatan spesifik dan mekanik dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan saling berinteraksi satu sama lain. 

Pada perekatan spesifik, kekuatan perekatan yang dihasilkannya dipengaruhi beberapa faktor:

  1. Sifat perekatannya (inherent adhesive characteristics)  
  2. Kesesuaian bahan direkat dengan bahan perekat.

Perekatan mekanik adalah gaya perekatan yang terjadi karena terbentuknya akar-akar garis perekat (tendrils atau glue tendrils). 

Karena kayu bersifat porus maka teori mekanik hanya dapat dipakai untuk menerangkan perekatan bahan porus seperti kayu, sedangkan teori spesifik dapat menerangkan perekatan bahan porus dan bahan non porus.  

Gambar perekatan kayu menurut teori perekatan mekanik dan teori perekatan spesifik:

Pada garis lingkaran putih terlihat bagian permukaan perekat dan permukaan bahan yang direkat (substrat) yang bersinggungan dan menampakkan gaya ikatan kedua benda berbeda jenis yang disebut perekatan spesifik.

Sejumlah molekul perekat yang masuk ke dalam tubuh substrat dan mengeras disebut akar-akar garis perekat (tendrils). Kondisi dalam substrat dimana terjadi akar-akar perekat merupakan kondisi yang memberikan kontribusi kekuatan perekatan disebut perekatan mekanik


MEKANISME PADA PEREKATAN MEKANIK
Meresapnya perekat ke dalam tubuh substrat (kayu) pada gambar (2), mengeras dan mengakibatkan suatu kondisi interlocking atau pencengkraman perekat dalam tubuh bahan direkat berupa akar garis perekat pada gambar (1).   


MEKANISME PADA PEREKATAN SPESIFIK



Perekatan spesifik terjadi karena kekuatan tarik-menarik atau kekuatan adhesi antara molekul-molekul perekat dengan molekul-molekul substrat (kayu) pada gambar (4). Dalam hal ini perekatan spesifik dapat disamakan dengan lingkaran ke-2 dan ke-4 pada dari teori Lima Lingkaran Garis Perekat (Five-Chain Glue Line). Sehingga kekuatan perekatan spesifik ditentukan oleh kesesuaian dan kecocokan antara molekul-molekul di permukaan bahan direkat dengan molekul-molekul perekat.  

Perekatan spesifik dapat menerangkan bagaimana perekatan dapat terjadi antara 2 bahan yang cocok walaupun pada kedua bahan tersebut tidak ada akar perekat yang terjadi.

Hemming (1962) dalam Prayitno (2009) menyebutkan bahwa bahan dalam perekatan hanya ada satu gaya perekatan yang menentukan kekuatan perekatan yaitu perekatan spesifik. Perekatan mekanik tidak atau sangat kecil sekali dalam memberikan andil pada kekuatan perekatan. 

Hal ini dijelaskan dalam pembahasan logika perekatan yang menganalisis sifat pencengkraman antara perekat dengan substrat. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan terjadinya pencengkraman perekat di dalam tubuh substrat berarti terjadi penambahan luas permukaan singgung antara perekat dengan substrat kayu sehingga nilai perekatan spesifik menjadi lebih besar. Berdasarkan pembahasan teori perekatan seperti itu maka perekatan mekanik menjadi hilang (pada gambar (3)) dan tidak berfungsi pada perekatan bahan porus, hanya sebagai pelengkap dengan kontribusi tertentu dalam perekatan kayu.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk perekatan kayu, kedua teori perekatan, teori perekatan mekanik dan spesifik, berjalan beriringan. Dan kekuatan perekatan merupakan resultante dari kedua proses.

Tidak ada komentar: